Efek Negatif dari Terjadinya Komplikasi Hipertensi – Hipertensi atau darah tinggi adalah penyakit spaceman yang ditandai dengan tekanan darah lebih dari batas normal. Seseorang dapat dikatakan hipertensi bila tekanan darahnya di atas 140/90 mmHg. Penyakit ini dapat disebabkan oleh banyak faktor, mulai dari genetik hingga pola hidup tidak sehat. Hipertensi sudah menjadi masalah kesehatan yang umum di Indonesia, dimana penyakit ini menduduki peringkat ke 3 penyebab kematian tertinggi. Sebagian besar masyarakat masih enggan untuk melakukan pemeriksaan dikarenakan merasa tidak ada masalah pada tubuh mereka. Padahal, tanpa disadari penyakit ini sering kali tidak menunjukkan gejala sehingga penangannya terlambat.
Hipertensi adalah kondisi dimana tekanan darah berada di atas normal. Tekanan darah seseorang normalnya setara atau kurang dari 120/80 mmHg. Jika tekanan darah di atas 140/90 mmHg maka dapat dikatakan seseorang mengalami hipertensi. Penyebab utama tekanan darah tinggi seringkali tidak jelas, tetapi faktor risiko yang berkontribusi termasuk gaya hidup tidak sehat.
Gejala hipertensi juga jarang terlihat sehingga dapat mengundang penyakit lain yang berbahaya untuk menyerang tubuh kita seperti jantung, ginjal, diabetes dan stroke. Masalah yang timbul tersebut terjadi bila tekanan darah tidak terkontrol dalam skala berkepanjangan. Penanganan tekanan darah tinggi melibatkan perubahan gaya hidup yang sehat serta dalam beberapa kasus, penggunaan obat-obatan yang diresepkan oleh dokter.
Komplikasi Hipertensi
Jika tekanan darah tinggi tidak ditangani dengan cepat dan tepat, akan menimbulkan starlight princess slot beberapa masalah kesehatan yang lebih parah. Di antaranya:
- Serangan jantung.
- Stroke.
- Gagal jantung.
- Kerusakan ginjal.
- Gangguan penglihatan atau kebutaan.
- Aneurisma aorta.
- Penyakit arteri perifer.
- Demensia.
Diagnosis Hipertensi
Dokter akan mengajukan pertanyaan tentang gejala hingga riwayat rajasgptoto kesehatan pasien maupun keluarga. Dokter juga akan menanyakan gaya hidup pasien, seperti kebiasaan konsumsi alkohol atau merokok. Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital, seperti pernapasan, detak jantung, dan tekanan darah. Dilansir dari Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (CDC), hasil pengukuran tekanan darah kemudian akan dikategorikan ke dalam tingkat sebagai berikut:
Faktor-faktor Risiko Hipertensi
Terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang terkena hipertensi, yaitu:
Pola Makan
Dalam hal penyakit ini pola makan turut berperan penting. Konsumsi junk food yang mengandung tinggi lemak, gula, garam, serta rendah akan serat dapat mengganggu kesehatan bila dikonsumsi terus-menerus. Diet rendah garam dapat menurunkan tekanan darah dan meningkatkan efektivitas obat tekanan darah tinggi.
Keturunan
Pada berbagai penyakit, faktor keturunan sangatlah kuat dampaknya. Jika orang tua memiliki riwayat tekanan darah tinggi, anaknya pun berisiko terkena penyakit tersebut.
Stres
Stres dapat memicu peningkatan hormon adrenalin yang sebenarnya memiliki manfaat untuk tubuh. Namun, stress berkepanjangan akan meningkatkan produksi hormon adrenal dalam jumlah berlebih sehingga menyebabkan tekanan darah meningkat.
Kelebihan Berat Badan
Kelebihan berat badan diakibatkan adanya lemak berlebih dalam tubuh akan meningkatkan timbulnya plak yang akan menghambat laju aliran darah. Akibatnya, jantung akan bekerja lebih keras untuk memompa darah hingga mengakibatkan peningkatan tekanan darah.
Usia
Usia yang terus bertambah akan mengalami penurunan fungsi organ-organ tubuh. Salah satunya terjadi penurunan elastisitas pembuluh darah yang cenderung menyempit sehingga mengakibatkan peningkatan tekanan darah.
Kurangnya Aktivitas Fisik
Terlalu lama duduk, sering begadang, dan jarang berolahraga akan mengakibatkan pembuluh-pembuluh darah maupun otot pada tubuh menjadi kaku sehingga cenderung meningkatkan risiko penyumbatan di arteri.
Jenis Kelamin
Perbedaan jenis kelamin juga memengaruhi risiko terjadinya hipertensi. Namun, risiko akan meningkat lebih tinggi pada pria di atas 45 tahun, lebih berisiko, dan wanita lebih berisiko pada dengan usia diatas 64 tahun.